Memaafkan itu berat tapi ada yang jauh lebih berat dari itu? Baiklah, sebelum memulai menulis postingan ini saya sempat berpikir keras, mengingat-ingat siapa orang yang pernah menyakiti hati saya? Adakah orang yang masih belum bisa saya maafkan sampai detik ini?
Hmm jawabannya sepertinya tidak ada. Karena saya bukan tipe orang pendendam. Saat disakiti atau didzalimi oleh orang, saya memang akan marah, jengkel bahkan benci namun tidak sampai berlarut-larut.
Paling saya marahnya hari itu saja atau kalau sampai sakit hati banget bisa lebih lama baru saya bisa memaafkan. Tapi esok-esok sudah nggak saya permasalahin. Mau orangnya minta maaf atau nggak juga saya nggak nuntut. Untuk apa?
Itu urusan dia dengan Tuhan. Yang penting saya nggak mau nyimpan dendam sama orang sebagaimana saya tidak ingin ada orang lain dendam sama saya.
Karena itu sebisa mungkin saya tidak ingin punya masalah dengan siapa-siapa. Malah saya takut sekali bila sampai ada perbuatan saya yang melukai hati orang dan itu tidak saya sadari.
Jika orang lain melukai hati saya mungkin saya bisa dengan lebih mudah memaafkan tapi tidak sebaliknya. Orang lain belum tentu bersikap sama dengan saya.
Apalagi jika orang yang saya sakiti itu adalah tipe pendendam. Yang hidupnya baru bisa tenang ketika dia bisa melampiaskan rasa sakitnya dengan memberikan balasan yang sama.
Namun jika maaf itu baru bisa saya dapatkan setelah orang yang saya sakiti dengan tidak sengaja itu melakukan balas dendam, tak masalah. Sudah jadi konsekuensinya, kan? Akan saya terima, asalkan dia mau memaafkan saya. Karena hanya dengan begitu Tuhan akan memaafkan saya.
Memaafkan itu Memang Berat tapi Dosa Sesama Manusia Lebih Berat
Dalam hidup ini ada dua hubungan yang harus kita jaga. Pertama hubungan vertikal dengan Allah ta’ala atau hablumminallah, kedua hubungan horizontal, hablumminannas, hubungan dengan sesama manusia.
Tahukah Sobat Kenangan, dari kedua jenis hubungan itu mana yang paling mudah dilakukan?
Jawabannya adalah habluminallah, hubungan kita dengan Allah. Kenapa? Sebagai hamba kita pastinya tidak luput dari dosa-dosa. Agar terbebas dari dosa, yang harus kita lakukan adalah cukup dengan memohon ampun langsung pada Allah. Dosa-dosa kita bisa terhapus dengan istighfar dan taubat.
Percayalah, sebanyak apapun dosa yang kita lakukan, selama kita tidak melakukan perbuatan syirik, Allah pasti akan memaafkan karena Allah Maha Pemaaf. Malah Allah sangat senang dengan hamba-Nya yang suka bertaubat.
Dari Abu Hamzah Anas bin Malik Al Anshori, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“ Sesungguhnya Allah sangat gembira dengan taubat hamba-Nya ketika ia bertaubat pada-Nya melebihi kegembiraan seseorang di antara kalian yang berada di atas kendaraannya dan berada di suatu tanah yang luas (padang pasir), kemudian hewan yang ditungganginya lari meninggalkannya. Padahal di hewan tunggangannya itu ada perbekalan makan dan minumnya. Sehingga ia pun menjadi putus asa. Kemudian ia mendatangi sebuah pohon dan tidur tergeletak di bawah naungannya dalam keadaan hati yang telah putus asa. Tiba-tiba ketika ia dalam keadaan seperti itu, kendaraannya tampak berdiri di sisinya, lalu ia mengambil ikatnya. Karena sangat gembiranya, maka ia berkata, ‘Ya Allah, Engkau adalah hambaku dan aku adalah Rabb-Mu.’ Saya salah mengucapkannya karena sangat gembiranya .” (HR.Muslim no.2747).
Bisa bayangkan, sampai-sampai Allah lebih bergembira dengan taubat hamba-Nya ketimbang kegembiraan yang dirasakan seseorang yang kehilangan hewan tunggangannya yang membawa bekalnya, lalu hewan tersebut tiba-tiba datang kembali.
Namun berbeda dengan hubungan sesama manusia atau hablumminannaas yang rupanya lebih rumit. Terkadang manusia tidak mudah untuk saling memaafkan. Bahkan bagi sebagian besar orang memaafkan itu berat.
Akan tetapi perlu juga dipahami, bahwa dosa sesama manusia jauh lebih berat daripada dosa kepada Allah ta’ala.
” 𝘉𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨𝘴𝘪𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘮𝘱𝘶𝘯𝘺𝘢𝘪 𝘬𝘦𝘻𝘩𝘢𝘭𝘪𝘮𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘴𝘢𝘶𝘥𝘢𝘳𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘯𝘢𝘪 𝘩𝘢𝘳𝘵𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘵𝘢𝘶 𝘬𝘦𝘩𝘰𝘳𝘮𝘢𝘵𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢, 𝘮𝘢𝘬𝘢 𝘥𝘪𝘮𝘪𝘯𝘵𝘢 𝘥𝘪𝘩𝘢𝘭𝘢𝘭𝘬𝘢𝘯𝘭𝘢𝘩 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘥𝘰𝘴𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘪𝘵𝘶 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘭𝘶𝘮 𝘥𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘥𝘪 𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘯𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 𝘥𝘪𝘯𝘢𝘳 𝘥𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘳𝘩𝘢𝘮 (𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘬𝘪𝘢𝘮𝘢𝘵), 𝘥𝘪 𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘢𝘮𝘣𝘪𝘭 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘱𝘢𝘩𝘢𝘭𝘢 𝘢𝘮𝘢𝘭 𝘬𝘦𝘣𝘢𝘪𝘬𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘺𝘢𝘳𝘯𝘺𝘢. 𝘒𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘵𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘢𝘮𝘢𝘭 𝘬𝘦𝘣𝘢𝘪𝘬𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢, 𝘮𝘢𝘬𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘢𝘮𝘣𝘪𝘭 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘥𝘰𝘴𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘢𝘯𝘪𝘢𝘺𝘢 𝘪𝘵𝘶, 𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘥𝘪𝘱𝘪𝘬𝘶𝘭𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯𝘪𝘢𝘺𝘢 𝘪𝘵𝘶.” (𝘏𝘙 𝘉𝘶𝘬𝘩𝘢𝘳𝘪)
Kenapa lebih berat? Karena manusia tidak se-pemaaf Allah. Jika kita berdosa pada Allah ta’ala maka cukup dengan istighfar, bertaubat.
Sedangkan jika itu berkaitan dengan dosa sesama manusia, tidak cukup dengan memohon pada Allah ta’ala. Kita pun harus meminta maaf dan keikhlasan dari orang yang kita dzalimi.
Allah tidak akan memaafkan seseorang atas kesalahan yang pernah diperbuatnya dengan sesama manusia, sebelum diantara mereka dapat saling memaafkan.
Nah, ini yang saya takutkan. Saya takut sekali jika ada dosa saya pada orang yang menjadi penghalang saya meraih ampunan Allah. Saya pun tidak ingin menjadi penghalang bagi orang lain untuk meraih ampunan-Nya. Karena itu saya memilih untuk memaafkan.
Maka Saya Memilih Memaafkan
Memaafkan itu memang berat, saya akui itu. Tapi kenapa saya bisa lebih mudah memaafkan orang yang telah menyakiti saya, bahkan dengan atau tanpa ia meminta maaf sekalipun- bukan semata-mata karena saya tidak memiliki sifat pendendam.
Setidaknya saya bersyukur bisa terhindar dari penyakit hati yang satu ini. Nggak kebayang kalau saya tumbuh jadi orang yang mudah dendam. Mungkin hidup saya nggak bakal tenang karena hari-hari disibukkan dengan memikirkan perbuatan buruk orang terhadap saya.
Honestly, selama ini saya bisa dengan memudah memaafkan karena menyadari betapa banyak dosa yang sudah saya perbuat semasa hidup. Menggunung. Tak terhitung. Saking banyaknya saya sampai malu sama Allah. Pun pernah muncul perasaan tidak pantas.
Apa Allah masih sudi mengampuni pendosa seperti saya? Yang kerap memohon ampun tapi masih terus berbuat dosa, masih sering mendzholimi diri sendiri?
Sampai suatu ketika saya menemukan jawaban dari pertanyaan itu di QS Az-Zumar : 53-54.
“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).” (QS. Az Zumar: 53-54).
Lihat! Allah justru melarang kita untuk tidak berputus asa dengan rahmat-Nya. Tidak peduli seberapa banyak dan seberapa besar dosa yang sudah kita lakukan, selama kita tidak berpaling dari-Nya, Allah pasti ampuni. Allah ampuni semua dosa-dosa kecuali dosa syirik.
Nah, ini juga yang jadi renungan sekaligus motivasi buat saya untuk bisa berlapang dada memaafkan kesalahan orang lain.
Allah yang Maha Baik selalu membuka pintu maaf untuk hamba-Nya, lalu mengapa begitu sulit bagi saya untuk memaafkan? Padahal saya pun tidak luput dari berbuat salah.
Selain itu, seperti yang saya singgung di atas. Saya tidak ingin menjadi penghalang bagi orang yang sedang bertobat. Terlebih orang tersebut sudah benar-benar menyesali perbuatannya.
Sungguh saya sangat berharap ketika saya dengan mudah memilih memaafkan, orang lain pun akan mudah memaafkan saya, terutama untuk kesalahan yang tidak saya sengaja atau sadari.
Maaf itu menenangkan jiwa, yuk Saling Memaafkan
Ya, maaf itu berat tapi dosa sesama manusia jauh lebih berat. Bayangkan, kalau kita punya dosa sama orang, lalu orang tersebut tak mau memaafkaan kita? Of course, dosa tersebut akan kita bawa sampai ke liang lahat. Na’udzubillaah.
Sebagaimana kita ingin orang lain memaafkan kesalahan kita, kita pun harus belajar mengikhlaskan dan memaafkan kesalahan orang lain.
Sekalipun berat tapi tidak ada gunanya juga kita berkeras hati tidak mau memaafkan. Yang ada malah dengan punya masalah dengan orang bikin hidup kita jadi tidak tenang.
Sebaliknya, jika kita memilih untuk berlapang dada, memaafkan orang-orang yang telah menyakiti atau mendzalimi diri kita maka ganjaran yang kita peroleh bukan hanya berupa ketenangan jiwa melainkan juga pahala yang tidak terbatas dari Allah. Maa syaa Allaah.
Yuk, kita saling maaf memaafkan.
Balasan suatu keburukan adalah keburukan yang setimpal. Akan tetapi, siapa yang memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat), maka pahalanya dari Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang zalim. (Qs Assyura : 40)
Yakinlah, jika kita mudah memaafkan orang lain yg melakukan kesalahan kepada kita maka semudah itu pula dimaafkan. Ini yg saya yakini dan yg selalu mengingatkan diri untuk selalu berusaha ikhlas memaafkan.
saya entah kenapa ya kalau misalkan memaafkan mungkin lebih mudah tapi melupakan itu yang agak sulit. atau sebenarnya belum melupakan itu belum memaafkan ya. Apalagi jika yang membuat kesalahan orang-orang terdekat yaudah lupain atau maafin aja deh, pikirnya begitu, selama kesalahannya memang masih wajar dan bisa ditolerir.
Iya memaafkan itu sulit tapi penting ya untuk ketenangan jiwa kita, makanya kadang heran sama Netijen yang hobi menyakiti hati stranger lewat komentar di medsos, gimana minta maafnya coba? Seram!
Masya Allah tabarakallah, tulisan ini sangat me-reminder Aku. Setuju banget terkait impact dendam itu enggak bagus, terutama buat kesehatan tubuh sangat merusak sekali soalnya. Teringat sama ustadz Zaidul Akbar, senantiasa mengingatkan bahaya dendam, harus belajar mudah memaafkan kesalahan orang lain serta rajin bercermin sama diri sendiri. Karena bisa jadi kita pun melakukan banyak kesalahan ke orang lain. Yups, sangat rumit urusan antara manusia dengan manusia, beneran harus lebih berhati-hati dalam bersikap serta berucap, jangan sampai bikin orang lain sakit hati..
Terima kasih sudah menuliskan tulisan sebagus ini 🤩
Memaafkan ini memang luar biasa.
Dan semoga pribadi yang baik ini bisa menurun juga ke anak-cucu karena memang membuka pintu maaf itu gak mudah dan bagian dari akhlak seorang muslim yang tawadhu.
MashaAllaa~
Barakallahu fiik, ka Sis.
Mohon dimaafkan kalau ada komentar yang kurang berkenan selama BW dan berinteraksi di wag yaa..
Nicely Writing mbaaa.. Adem banget bacanya.. 🤗 dan salam kenal btw 😊
Aku cukup banyak makan Garam kehidupan. Dan hubungan sama manusia memang yg paling sulit 😶 udah banyak kuciwa sama manusia… dan iya nyimpan perasaan ngegerunek di Hati tuh bikin nggak tenang..
Di Indo sendiri kayanya kata maaf tuh jadi kata yang paling sulit diucapkan, sama kaya kata Terimakasih sama Tolong.. cuma diurutin Kata Maaf ini yg posisinya paling atas. Terus kedua ada Terimakasih, ketiga ada kata Tolong…
Aku sndiri lagi belajar buat nggak ngebatesin diri ngucap 3 kata itu… semisal memang ada tindakan atau perkataan yg kurang sesuai. Aku selalu biasain buat minta maaf.. 😊😁
Bener memaafkan itu syulit sekali apalagi kalau orang yang salah tidak meminta maaf 😥. Tapi Alloh saja Maha Pemaaf, dan sebagai manusia pun kita tak luput dari salah. Terima kasih sudah diingatkan kak.
Capeeek loh dendam itu. Kepala sakit mikirin pembalasan yg mau kita lakuin. Hati sakit tiap kali ingat perlakuan orang yg udah menyakiti kita.
Ujung2nya malah ga fokus Ama kerjaan, dan berantakan semuanya. Yg rugi kita jugaaa. Org yg kita benci, mungkin ga tau kalo kita dendam 😅.
Makanya aku juga putusin utk memaafkan kesalahan orang yg pernah nyakitin. Tapi bukan berarti lupa. Hanya sekedar memaafkan. Itupun udah tenaaang banget hati . ❤️.
Bener mba, kdg dipikir Allah aja maha pemaaf, kenapa kita malah ga kan… Maluu lah.
kadang memaafkan itu terasa sangat sulit tapi begitu kita berhasil melakukannya maka akan ada rasa lega yang sengat nyaman seperti ada batu yang terangkat, napas lega dan beban jadi hilang dong. Menyenangkan sekali. memaafkan harus tapi melupakan jangan 🙂
betuulll bgt mba.
tiap orang pasti punya salah.
akupun jg punya salahhh dan pastinya ingin dimaafkan oleh orang laiinnmm
Kata orang memaafkan itu berat. Emang iya sih. Apalagi kalau kasusnya berat. Tapi emang kudu belajar legowo dan memaafkan dengan tulus. Bukannya memaafkan tapi tidak melupakan. Berarti masih ada rasa marahnya.