Ambung Harsa, Menenun Harapan di Rumah Kebahagiaan Disabilitas

Ambung Harsa Al Qur’an Braillegambar : ambungharsa.id

Suatu siang yang terik di Kota Jambi, langkah Achmad Noufal terhenti di depan gerbang sederhana Sekolah Luar Biasa.

Suara tawa anak-anak bergema pelan di antara ruang kelas yang sempit. Noufal datang hanya untuk berkunjung namun tak disangka ia pulang dengan membawa keresahan.

Pertemuan dengan anak-anak tuna netra dan tuli itu mengguncang batinnya. Ketika ia mendapati mereka tidak bisa membaca Al-Qur’an.

Kenapa mereka tidak belajar mengaji?” tanyanya polos kepada guru setempat. Jawaban yang ia terima begitu menohok.

“Karena mushaf braille harganya mahal, bisa sampai ‌satu setengah juta. Dan kami tak punya guru khusus yang bisa mengajar”

Bagi Noufal, itu bukan sekadar keterbatasan sarana, melainkan isyarat bahwa ada harapan yang belum disentuh.

Faktanya di Jambi memang belum pernah ada silabus untuk mengaji bagi anak difabel dan itulah yang mengusiknya.

Maka berawal dari kegelisahan itu, lahirlah Taman Belajar Qur’an untuk Tuna Netra, cikal bakal sebuah gerakan besar yang kemudian dikenal dengan nama Ambung Harsa.

Ambung Harsa, Rumah Kebahagiaan Disabilitas

Kata “Ambung” dalam bahasa Jambi berarti wadah, sementara “Harsa” dalam bahasa Sanskerta berarti kebahagiaan. Namun bagi Noufal dan kawan-kawan, maknanya lebih dalam yakni Harapan bagi Disabilitas.

Ambung Harsa menjadi rumah yang nyaman dan memberi kebahagiaan bagi penyandang disabilitas. Tempat di mana keterbatasan bukan alasan untuk berhenti bermimpi.

Di luar sana masih banyak orang yang memandang disabilitas sebagai kekurangan. Namun Noufal justru menjadikannya kekuatan.

Melalui Ambung Harsa, Noufal dan timnya tidak hanya memberikan pelatihan melainkan juga martabat, kesempatan, dan kemandirian.

Bagi Noufal, Ambung Harsa bukan sekadar tempat singgah, melainkan ekosistem usaha dan pendidikan yang dikelola oleh, untuk, dan bersama penyandang disabilitas.

Semua layanan Ambung Harsa hadir sebagai bukti bahwa para disabilitas tidak butuh dikasihani. Mereka hanya perlu dihargai dan diberdayakan.

Di Bawah Satu Payung Bernama Ambung Harsa

Ambung Harsa bukan merupakan wadah sekaligus rumah besar tempat berbagai harapan tumbuh dengan caranya masing-masing.

Di bawah naungannya, berbagai layanan lahir bukan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan, tetapi untuk membangun kemandirian dengan martabat.

Ada Acox Coffee, tempat kopi diseduh yang selain untuk menghilangkan kantuk, juga menyalakan semangat. Di balik meja barista, berdiri para penyandang disabilitas yang belajar meracik rasa sekaligus memperkuat rasa percaya diri.

Ada pula Jari Netra, layanan pijat profesional yang mempertemukan dua hal sekaligus, terapi bagi tubuh, dan penghidupan bagi tunanetra. Di sini, sentuhan bukan sebatas keahlian, melainkan bentuk keberanian.

Suasana semakin hidup dengan hadirnya Ambung Harsa Band. Pemainnya adalah tunanetra yang berani naik ke panggung bukan untuk dikasihani, tapi untuk membuktikan bahwa keterbatasan tidak bisa membungkam kreativitas

Bagi yang suka membawa pulang kenangan, Ambung Harsa menghadirkan merchandise motif batik. Setiap produk dibuat oleh tangan-tangan penuh ketekunan, menjadikannya bukan sekadar barang, tapi cerita yang bisa digenggam.

Tersedia pula paket ABCD untuk yang ingin menikmati semua layanan di atas, mulai dari kopi, pijat, hingga musik.

Tak ketinggalan di sudut paling teduh dari Rumah Kebahagiaan Disabilitas ini, berdiri dua taman ilmu. TBAB Al Fatih, tempat para tunanetra membaca Al-Qur’an dengan ujung jari, dan TBAI Al Fatih, ruang bagi tunarungu untuk menyentuh wahyu lewat isyarat tangan.

Dari kopi hingga Al-Qur’an, dari pijat hingga panggung musik, semuanya berjalan berdampingan di bawah satu atap, Ambung Harsa, rumah yang membuktikan bahwa kebahagiaan bisa dibangun, bahkan dari keterbatasan.

Acox Coffee

Acox Coffe
Gambar : ambungharsa.id

Salah satu inovasi paling inspiratif Ambung Harsa adalah kafe inklusifnya yang diberi nama Acox Coffee. Baristanya adalah difabel tanpa kaki, kasirnya tuna netra, dan pramusajinya teman tuli.

Kafe ini menjadi simbol bahwa kesempurnaan bukan soal fisik, tapi semangat. Di sini, setiap cangkir kopi diseduh dengan rasa percaya diri, dan setiap senyum yang menyapa adalah bentuk keberdayaan.

“Awalnya banyak yang ragu. Ada yang bilang, ‘apa bisa barista tanpa kaki bikin kopi? Tapi begitu mereka coba, semua komentar itu hilang,” tutur Noufal sambil tersenyum.

Jari Netra

Jari netra
Gambar : ambungharsa.id

Suatu sore Noufal berbincang dengan seorang tuna netra di pinggir jalan yang sedang mengamen.

“Kalau tidak mengamen, abang bisa apa?” tanyanya.

Saya bisa mijat, Mas, tapi tidak tahu harus mulai dari mana.” Kalimat itu sederhana, tapi memantik sesuatu yang besar.

Pemuda lulusan Kimia ITB ini melihat betapa banyak sahabat difabel yang sebenarnya punya keterampilan, namun tak tahu bagaimana menyalurkannya.

Dari obrolan kecil itu, lahirlah Jari Netra, sebuah usaha sosial layanan pijat profesional yang kini memiliki sertifikasi resmi dan pelanggan tetap.

Jari Netra bukan sekadar tempat kerja, tapi ruang untuk memulihkan martabat. Mereka tidak lagi meminta belas kasihan di lampu merah, melainkan memberikan pelayanan dengan profesionalisme dan kebanggaan.

Unit layanan pijat profesional yang seluruh terapisnya adalah tunanetra terlatih ini berdiri sejak 3 Desember 2022.

Jari Netra memberi ruang bagi penyandang disabilitas untuk mandiri secara ekonomi, sambil menawarkan layanan terapi yang berkualitas. Di sini, sentuhan bukan sebatas pijatan melainkan bentuk percaya diri yang nyata.

Ambung Harsa Band

Ambung harsa band
Gambar : ambungharsa.id

Ambung Harsa juga punya kebanggaan lain yaitu Ambung Harsa Band. Grup musik berbakat yang seluruh anggotanya adalah tunanetra.

Mereka tidak sekadar menghibur, tapi menginspirasi, membuktikan bahwa suara hati bisa lebih lantang daripada keterbatasan fisik.

Merchandise dan Paket ABCD

Merchandise
Gambar : ambungharsa.id

Bagi yang suka produk fisik, Ambung Harsa menghadirkan lini merchandise batik yang indah dan khas. Dibuat oleh tangan-tangan kreatif penyandang disabilitas yang memberikan sentuhan budaya Indonesia yang elegan.

Paket ABCD
Gambar : ambungharsa.id

Tersedia pula paket ABCD (Ability, Brave, Confident, Different) yang bisa jadi pilihan jika ingin mengombinasikan merchandise, pijat, kopi bahkan layanan musik.

TBAB Al Fatih dan TBAI

Tak hanya urusan ekonomi, Ambung Harsa juga menghidupi sisi spiritual para disabilitas melalui  TBAB dan TBAI Al Fatih.

TBAB Al Fatih
Gambar : ambungharsa.id

TBAB Al Fatih merupakan Taman Belajar Al-Qur’an Brailler pertama di Jambi yang resmi didirikan pada Februari 2022.

TBAI AL Fatih
Gambar : ambungharsa.id

Saat ini TBAB Al Fatih memiliki 21 santri tunanetra dan 2 pengajar yang juga merupakan tunanetra. Program TBAB Al Fatih meliputi Baca dan Tulis Huruf Hijaiyyah Braille, Kelas Tahfiz Qur’an dan Tilawatil Qur’an.

Selanjutnya ada TBAI yang merupakan Taman Belajar Al-Qur’an Isyarat pertama di Jambi. Didirikan pada Mei 2023 dan saat ini telah memiliki 40 santri tunarungu.

Di TBAI santri tunarungu diajarkan membaca huruf hijaiyyah dengan isyarat dan membaca Al-Qur’-an dengan isyarat.

Kedua program ini membuktikan bahwan keterbatasan bukan penghalang bagi disabilitas baik tunanetra maupun tunarungu untuk mempelajari Al-Qur’an.

Tiga Pilar Gerakan Ambung Harsa

Ambung Harsa berdiri kokoh di atas tiga pilar besar, Kewirausahaan, Pendidikan, dan Pelatihan.

Kewirausahaan

Mereka mendampingi lebih dari 25 difabel untuk membangun usaha sendiri, mulai dari pijat, kerajinan tangan, hingga kuliner. Bahkan, mereka membantu pengurusan sertifikasi halal dan legalitas usaha, agar para difabel bisa berdiri sejajar sebagai pelaku ekonomi mandiri.

Pendidikan

Selain kursus bahasa isyarat mingguan, Ambung Harsa juga mengadakan workshop inklusi di kafe-kafe lokal dan kelas musik yang menyenangkan.

Dari kegiatan itu, lahirlah Ambung Harsa Band, grup musik difabel yang sering tampil dalam berbagai acara pemerintah, bahkan pernah satu panggung dengan D’Masiv.

Musik menjadi bahasa universal yang menyatukan, membuktikan bahwa harmoni bisa lahir dari keberagaman kemampuan.

Pelatihan & Akademi

Di sini, para difabel tak hanya dilatih membaca Al-Qur’an braille, tapi juga soft skill seperti public speaking, pelatihan bisnis, dan kolaborasi dengan Kementerian Sosial.

Semua diarahkan untuk satu tujuan kemandirian. “Kami tidak ingin membuat panti karena itu hanya membuat difabel pasif. Kami ingin mereka berdaya.”  Ujar Noufal dalam suatu wawancara.

Perjuangan Melawan Stigma

Mendampingi difabel tentu bukan jalan yang mudah. Banyak dari mereka pernah menjadi korban ejekan dan diskriminasi. Ada yang bahkan tidak berani menatap mata orang lain.

Kadang mereka mulai dari minus tiga, bukan nol,” ucap Noufal. Karena itu, pembinaan mental menjadi langkah pertama, sebelum melatih keterampilan.

Di sisi lain, stigma masyarakat juga masih kuat. Ada pelanggan yang enggan dilayani pramusaji tuli, atau meragukan kualitas pijat tuna netra.

Untuk itu, Ambung Harsa selalu menekankan satu hal, tunjukkan kualitas, bukan kasihan. Ketika masyarakat melihat hasilnya, perlahan pandangan itu berubah menjadi penghormatan.

Apresiasi SATU Indonesia Award

Ambung Harsa menerima SATU Awards Indonesia
gambar : instagram @noufall_achmad

Di balik berdirinya Ambung Harsa, rumah kebahagiaan bagi para disabilitas, ada sosok Ahmad Noufal yang telah berjuang dengan tulus.

Perjuangan itu telah berbuah pengakuan. Pada tahun 2024, Achmad Noufal dan Ambung Harsa menerima apresiasi SATU Indonesia Awards, sebuah penghargaan bergengsi bagi tokoh muda yang menginspirasi perubahan sosial.

Bagi Noufal, penghargaan itu bukan tujuan akhir, melainkan bahan bakar baru untuk melangkah lebih jauh.

“Sekarang orang mulai tahu bahwa difabel di Jambi bisa berdaya. Dan itu membuat kami ingin berbuat lebih banyak lagi,” katanya.

Pemerintah daerah pun kini melibatkan Ambung Harsa dalam berbagai forum kebijakan inklusi, hingga mengundang mereka melatih bahasa isyarat untuk tenaga medis.

Bahkan, Pemkot Jambi tengah menyiapkan lokasi baru yang lebih luas untuk dijadikan Rumah Kebahagiaan Disabilitas, tempat di mana setiap potensi bisa tumbuh tanpa batas.

Ambung Harsa, Lebih dari Sekadar Rumah

“Dulu saya pernah merasakan susah, sampai janji pada diri sendiri, kalau suatu hari Allah beri rezeki lebih, saya tidak mau orang lain merasakan seperti saya dulu,” ungkap Noufal saat diwawancara

Kini, janji itu menjelma nyata dalam ruang penuh warna di tengah kota Jambi. Puluhan sahabat difabel tertawa, belajar, bekerja bahkan bermimpi di dalamnya.

Di balik setiap senyum mereka, ada kisah perjuangan, kesabaran, dan cinta yang tumbuh tanpa syarat.

Ambung Harsa tak hanya menjadi wadah bagi difabel. Ia adalah gerakan kemanusiaan. Gerakan yang mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati lahir ketika seseorang memberi ruang bagi orang lain untuk bersinar.

Bahwa keberdayaan tidak datang dari tubuh yang sempurna, melainkan dari hati yang mau berjuang.

Dan di sebuah sudut kecil Jambi, dari tangan-tangan yang dulu dianggap lemah, cahaya itu kini menyala terang, menerangi bukan hanya mereka yang ada di dalamnya, tetapi juga hati siapa pun yang percaya bahwa

 “Keterbatasan bukan akhir, melainkan awal dari kemungkinan yang lebih indah.”

Referensi :

ambungharsa.id instagram.com/ambungharsa
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2025/09/02/cerita-achmad-noufal-membangun-ambung-harsa-rumah-kebahagiaan-untuk-disabilitas

By Siska Dwyta

Siska Dwyta. Blogger asal Gowa, Sulawesi Selatan. Ibu dari dua putra yang doyan menulis di blog. Baginya cara terbaik menjaga kenangan adalah menulis. Dengan begitu kenangan hidupnya akan abadi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses