Shalat Tapi Celaka, Kok Bisa?

فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ . الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ Maka celakalah orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya. (QS. al-Ma’un: 4 -5). Dulu saya pernah mengernyitkan dahi setiap kali membaca arti surah Al-Ma’un, terutama di bagian …

فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ . الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ

Maka celakalah orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya. (QS. al-Ma’un: 4 -5).

Dulu saya pernah mengernyitkan dahi setiap kali membaca arti surah Al-Ma’un, terutama di bagian “maka celakalah orang-orang yang shalat”.

Lho kok bisa orang shalat disebut celaka? Shalat itu kan ibadah. Allah dan Rasul-Nya yang perintahkah tapi kenapa di dalam Alquran ada ayat yang menerangkan tentang celakanya orang-orang yang mengerjakan shalat.

Walau ada penjelasan di ayat berikutnya, bahwa orang yang celaka dalam shalat adalah mereka yang lalai dalam shalatnya.

Mungkin karena waktu itu usia saya masih sangat muda, belum banyak yang saya pelajari sehingga saya belum bisa mencerna dengan baik apa yang dimaksud dengan celaka orang yang shalat dalam QS Al-Ma’un itu.

Setelah mendalami ilmu agama termasuk juga Belajar Spiritualitas barulah saya paham maksud dari ayat tersebut.

Pentingnya Mengerjakan Shalat Lima Waktu

Walaupun hidup Seribu tahunBila tak sembahyang apa gunanya? -Sepohon Kayu

Sebuah lirik yang sangat menyentil namun demikianlah adanya. Yap, walau hidup seribu tahun sekalipun tapi kalau kita tidak sembahyang (shalat) apa gunanya?

Sama sekali tidak ada artinya hidup. Kenapa? Karena hakikatnya tujuan kita sebagai manusia diciptakan di muka bumi adalah untuk BERIBADAH kepada Allah. Sobat bisa lihat di QS. Adz-Dzariyat : 56. Allah ta’ala terangkan dengan jelas di sana

Tahu nggak sih, ibadah yang paling utama adalah SHALAT. Bahkan nih SHALAT menjadi penentu diterima atau ditolaknya semua amalan ibadah kita semasa hidup di dunia.

يَوْمَ الْقِيَامَةِ الصَّلَاةُ فَاِنْ وُجِدَتْ تَامَّةً قُبِلَتْ مِنْهُ وَسَائِرُ عَمَلِهِ وَاِنْ وُجِدَتْ نَاقِصَةً رُدَّتْ عَلَيْهِ وَسَائِرُعَمَلِهِ.

Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya pertama kali yang diperiksa dari amal seorang hamba pada hari kiamat adalah sholatnya. Jika didapati sholatnya sempurna, maka diterima sholat dan semua amalnya. Dan apabila sholatnya ada yang kurang, maka ditolak sholatnya juga semua amalnya.”

See! Jadi amalan yang pertama kali Allah lihat di yaumul qiyamah kelak adalah SHALAT. Allah tidak melihat amalan-amalan yang lain. Hanya shalat yang menjadi penentu.

Kalau shalatnya kita baik, sempurna, amalan yang lain langsung diterima. Sebaliknya, kalau amalan shalat kita tidak baik, ada yang kurang otomatis amalan yang lain juga tertolak. Na’udzubillaah.

Celaka orang-orang yang shalat

Selain itu tahu nggak, apa dosa yang paling besar, termasuk dosa lebih besar dari dosa zina, pembunuhan, merampok dan lain sebagainya?

MENINGGALKAN SHALAT LIMA WAKTU DENGAN SENGAJA

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah mengatakan dalam Kitab Ash Shalah, kaum muslimin sepakat bahwa meninggalkan sholat lima waktu dengan sengaja adalah dosa besar yang paling besar dan dosanya lebih besar dari dosa membunuh, merampas harta orang lain, berzina, mencuri, dan minum minuman keras.

Saking pentingnya shalat itu sehingga termasuk dosa yang paling besar ketika ditinggalkan. Jadi masih mau meremehkan ibadah shalat lima waktu ? Duh, jangan sampai ya, Sobat.

Lantas apa maksud ayat “celakalah orang-orang yang melakasanakan shalat?”

Yuk yuk langsung saja kita ulas!

Celakalah Orang yang Shalat, Maknanya Apa?

Orang yang lalai dalam shalatnya

Penjelasan mengenai pertanyaan apa makna celakalah orang yang shalat ini saya dapatkan dari website konsultasisyariah.com berdasarkan jawaban dari Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com).

Beliau menjelaskan bahwa makna celakalah orang yang shalat adalah mereka yang lalai dalam shalatnya.

Nah, kata lalai inilah yang perlu kita garis bawahi. Terdapat beragam bentuk lalai dalam shalat namun secara umum terbagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu :

Lalai hingga meninggalkan shalat.

Yang dimaksud lalai dalam tingkatan pertama ini adalah mereka yang mengaku islam tapi tidaj pernah shalat sama sekali, atau shalat tapi bolong-bolong atau mereka yang sering menunda-nunda shalat hingga di akhir waktu.

Untuk orang-orang yang shalat tapi suka menunda-nunda waktu shalat hingga mendekari berakhirnya waktu shalat, Rasul menyebut shalatnya adalah shalat orang munafik.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

تِلْكَ صَلاَةُ الْمُنَافِقِ يَجْلِسُ يَرْقُبُ الشَّمْسَ حَتَّى إِذَا كَانَتْ بَيْنَ قَرْنَىِ الشَّيْطَانِ قَامَ فَنَقَرَهَا أَرْبَعًا لاَ يَذْكُرُ اللَّهَ فِيهَا إِلاَّ قَلِيلاً

Itulah shalatnya orangn munafik. Duduk santai sambil lihat-lihat matahari. Hingga ketika matahari telah berada di antara dua tanduk setan (menjelang terbenam), dia baru mulai shalat, dengan gerakan cepat seperti mematuk 4 kali. Tidak mengingat Allah dalam shalatnya kecuali sedikit. (HR. Muslim 1443 & Ahmad 11999).

Lalai dalam bentuk tidak perhatian dengan rukun shalat, sehingga shalatnya batal

Salah satu rukun shalat adalah tuma’minah.Thumakninah adalah tenang sejenak setelah semua anggota badan berada pada posisi sempurna ketika melakukan suatu gerakan rukun shalat.

Karena merupakan rukun sehingga gerakan shalat tidak bisa lepas dari thuma’minah.Dalam artian orang yang shalat tergesa-gesa tanpa thuma’minah berarti shalatnya tidak sah atau batal.

Dalam suatu riwayat, Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu menceritakan, ada seseorang yang masuk masjid dan shalat 2 rakaat.

Seusai shalat, dia mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang saat itu sedang berada di masjid. Namun Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyuruhnya untuk mengulangi shalatnya. beliau bersabda,

ارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ

“Ulangilah shalatmu karena shalatmu batal”

Orang inipun mengulangi shalat dan datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tapi beliau tetap menyuruh orang ini untuk mengulangi shalatnya. Ini terjadi sampai 3 kali. Hingga orang ini putus asa dan menyatakan,

وَالَّذِى بَعَثَكَ بِالْحَقِّ فَمَا أُحْسِنُ غَيْرَهُ فَعَلِّمْنِى

“Demi yang mengutusmu membawa kebenaran, aku tidak bisa melakukan shalat sebaik dari itu. Makanya ajarilah aku!”

Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan cara shalat yang benar kepada orang ini. Beliau mengajarkan,

“Jika engkau mulai shalat, maka bertakbirlah. Kemudian bacalah ayat Al Qur’an yang mudah bagimu. Lalu ruku’lah dan sertai thuma’ninah ketika ruku’. Lalu bangkitlah dan beri’tidallah dengan berdiri sempurna. Kemudian sujudlah sertai thuma’ninah ketika sujud. Kemudian bangkitlah dan duduk antara dua sujud sambil thuma’ninah. Kemudian sujud kembali sambil disertai thuma’ninah ketika sujud. Lakukan seperti itu dalam setiap shalatmu.” (HR. Bukhari 793 dan Muslim 397).

Lalai dalam bentuk tidak melaksanakan penyempurna shalat

Lantas bagaimana dengan kelalaian yang satu ini? Kemudian apa yang dimaksud dengan penyempurna shalat?

Nah, yang dimaksud penyempurna shalat di sini menurut Ustadz Ammi Nur Baits adalah dilihat dari pakaian yang dikenakan saat shalat dan reaksi kita dalam menyambut panggilan shalat (azan).

Poin ketiga ini juga ada dalilnya. Terkait perintah Allah agar manusia memperhatikan kerapian pakaian ketika shalat bisa Sobat tengok di QS Al A’raf : 31.

يَا بَنِي آَدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ

“Wahai anak keturunan Adam, gunakanlah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid/waktu shalat.” (QS Al A’raf : 31)

Dan terkait tidak sempurnanya shalat karena mengabaikan azan dapat Sobat baca pada hadis berikut ini.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda

“Barangsiapa yang mendengar azan lalu tidak mendatanginya, maka tidak ada shalat baginya, kecuali bila ada uzur.” (HR. Ibnu Majah 842 dan dishahihkan al-Albani).

Selain itu yang termasuk dalam penyempurna shalat adalah meluruskan dan merapatkan shaf ketika shalat berjamaah.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda

“Dan tegakkanlah shaf di dalam shalat, karena sesungguhnya menegakkan shaf termasuk diantara baiknya sholat.” (Bukhary 722) dan Muslim 435)

Penutup

Bagaimana shalat kita selama ini? Sudah sempurnakah shalat kita sesuai rukunnya? Sudahkah kita mengenakan pakaian terbaik saat menghadap Allah? Sudahkah kita menyambut panggilan azan dan shalat pada waktunya?

Atau jangan-jangan selama ini kita termasuk golongan orang yang lalai dalam mengerjakan shalat? Rajin tapi suka mengulur-ngulur waktu. Tidak pernah tinggalkan shalat tapi mengerjakannya sebatas menggugurkan shalat, tanpa thuma’ninah?

Shalat adalah bentuk ketaatan dan ketaqwaan kita (umat muslim) sebagai hamba kepada Sang Pencipta. Namun lebih dari itu begitu banyak keberkahan yang bisa kita dapatkan ketika mengerjakan shalat dengan sempurna.

Salah satunya, shalat dapat mencegah kita dari perbuatan keji dan munkar. Ya, jika kita mengerjakan shalat dengan benar in sya Allah kita akan senantiasa berada di jalan yang lurus. Itulah kenapa shalat menjadi penentu diterima atau ditolaknya amal seseorang.

Catet hanya yang shalatnya sempurna yang diterima. Bukan shalatnya orang munafik atau shalatnya orang-orang yang lalai dalam shalatnya.

Selain itu shalat juga dapat membantu kita menemukan kesadaran spritual. Tentu dalam hidup ini kita pasti mendamba kebahagiaan. Namun banyak orang yang mencari kebahagiaan di luar padahal sejatinya kebahagiaan ada dalam diri kita sendiri.

Nah ini berkaitan dengan spritualitas tadi. Menurut Blog Tentang Spritualitas

Orang yang melakoni hidup sebagai spiritualis, artinya mencari kebahagiaan ke dalam diri, bukan keluar. Pencarian kebahagian keluar seringkali mengarah ke materialisme. Jadi, kuncinya terletak pada ‘di mana mencari kebahagiaan.’ Jika senyatanya pencarian adalah menuju ke dalam batin, orang tengah berada di jalur spiritual.

Lantas apa hubungannya dengan shalat? Jelas ada dong! Karena kita bicara tentang jiwa (batin, ruh). Makanannya jiwa adalah dengan beribadah kepada Allah.

Makanya nggak usah heran kalau ada orang yang punya kekayaan melimpah, punya segala-galanya tapi tidak bahagia. Bahkan tidak sedikit ya kasus orang kaya bunuh diri.

Itu karena jiwanya gersang sehingga pikirannya sempit. Begitulah kalau ruh atau batin tidak dipenuhi haknya.

Ibadah kepada Allah memang kewajiban. Namun di satu sisi itu juga adalah kebutuhan kita. Kita butuh shalat agar jiwa kita tidak kelaparan. Kita butuh shalat agar semua urusan kita dilancarkan dan hidup kita bisa berubah lebih baik.

Bagaimana bisa kita berharap hidup kita berubah lebih baik, semua urusan dilancarkan kalau shalat saja masih belum becus. Perbaiki dulu shalatmu maka Allah akan perbaiki hidupmu.

Sekian. Semoga postingan ini bermanfaat dan wa bil khusus jadi reminder buat diri saya pribadi agar bisa senantiasa menjaga shalat dengan baik.

Referensi :

https://konsultasisyariah.com/29238-makna-celakalah-orang-yang-shalat.html

Satu pemikiran pada “Shalat Tapi Celaka, Kok Bisa?”

  1. Masya Allah … orang solat malah dosa kalau tidak mengerjakan dengan benar ternyata ini penjelasannya. Ustadz juga pernah bilang belajar ngaji. Jangan sampai kita ngaji malah dapat dosa karena salah bacaan.

    Balas

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.